Setiap manusia selalu memiliki keinginan untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH sebagai Sang Khalik. Tetapi niat untuk mendekatkan diri tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak sekali godaan yang membuat upaya dan niat manusia untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH terhalang. Mengapa?
Penghalang terbesar dari diri manusia untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH itu adalah berasal dari dalam diri manusia itu sendiri. Salah satu yang penghalang terbesar adalah nafsunya yang memang sudah disetir oleh syetan. Maka tidak heran, jika kita senantiasa meminta perlindungan dan pengayoman dari GUSTI ALLAH untuk menapaki jalan yang lurus, jalan orang-orang yang dirihai dan bukannya jalan orang-orang yang sesat, seperti ayat-ayat dalam surat Al Fatihah dalam Al Qur'an.
Syetan yang menguasai nafsu manusia akan berupaya untuk senantiasa menyesatkan jalan kita sehingga kita tidak bisa mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Apalagi bagi para pelaku spiritual, godaan tersebut akan semakin besar. Bagi para pelaku spiritual yang ingin mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH akan digoda dengan beraneka bonus-bonus dan aneka kemampuan ghaib yang muncul dalam diri mereka.
Contohnya, seperti terlihat pada gambar di atas. Upaya untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH bagi para pelaku spiritual umumnya akan terhalang dengan adanya bonus seperti mampu menyembuhkan orang sakit/mengatasi beraneka macam masalah orang lain. Kalau si pelaku spiritual sudah merasa terpikat dengan bonus tersebut dan menjadikan kemampuannya itu untuk mencari nafkah, maka ia hanya akan mendapatkan hal itu saja dan tidak akan pernah dekat pada GUSTI ALLAH.
Contoh bonus yang kedua adalah kebal dari senjata tajam/api. Tentu saja, para pendaki spiritual jika terpikat dengan bonus tersebut, ya itu saja yang akan diterimanya. Ia juga tidak akan bisa mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Pasalnya, ia sudah merasa puas mendapatkan kemampuan kebal dari senjata tajam/api.
Contoh bonus yang ketiga adalah mampu untuk ngrogo sukmo (melepaskan sukma dari jasadnya). Inipun merupakan godaan. Jika para pendaki spiritual tidak pandai-pandai menghindari ketertarikan pada bonus tersebut, maka ia pun juga tidak akan pernah bisa dekat dengan GUSTI ALLAH. Dan ia akan menguasai kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit, kebal senjata dan ngrogo sukmo saja.
Contoh bonus yang keempat adalah Waskito (tahu yang bakal terjadi). Inipun bonus yang merupakan godaan bagi para pendaki spiritual untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Hendaknya para pendaki spiritual tidak merasa bangga dan puas dengan hal itu.
Langkah yang baik bagi para pendaki spiritual adalah mengabaikan berbagai macam bonus tersebut. Artinya, setelah menerima bonus tersebut, hendaknya para pendaki spiritual tetap ingat pada tujuan awal yakni mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH. Kenapa begitu?
Karena jika kita terus berupaya untuk tetap ingat tujuan kita untuk mendekatkan diri pada GUSTI ALLAH, maka beraneka macam bonus tersebut akan dengan mudahnya kita dapatkan. Apa dalilnya? Dalilnya adalah dari Al Qur'an yang berbunyi "...Barang siapa yang dekat kepadaKU, maka akan AKU cukupi semua kebutuhannya. MATAKU menjadi matanya, TANGANKU menjadi tangannya...." Oleh karena itu, selalu dekat dengan GUSTI ALLAH adalah merupakan keberadaan yang terindah bagi manusia.
Belajar dari Sastra Jendra Hayuningrat
Bagi orang yang belajar kawruh Kejawen, tentu sudah tidak asing lagi dengan kata-kata Sastra Jendra Hayuningrat. Meskipun banyak yang sudah mendengar kata-kata tersebut, tetapi jarang ada yang mengetahui apa makna sebenarnya. Menurut Ronggo Warsito, sastra jendra hayuningrat adalah jalan atau cara untuk mencapai kesempurnaan hidup. Apabila semua orang di dunia ini melakukannya, maka bumi akan sejahtera.
Nama lain dari sastra jendra hayuningrat adalah sastra cetha yang berarti sastra tanpa papan dan tanpa tulis. Walaupun tanpa papan dan tulis, tetapi maknanya sangat terang dan bisa digunakan sebagai serat paugeraning gesang.
Ada 7 macam tahapan bertapa yang harus dilalui untuk mencapai hal itu.
1. Tapa Jasad: Tapa jasad adalah mengendalikan atau menghentikan gerak tubuh dan gerak fisik. Lakunya tidak dendam dan sakit hati. Semua yang terjadi pada diri kita diterima dengan legowo dan tabah.
2. Tapa Budhi: Tapa Budhi memiliki arti menghilangkan segala perbuatan diri yang hina, seperti halnya tidak jujur kepada orang lain.
3. Tapa Hawa Nafsu: Tapa Hawa Nafsu adalah mengendalikan nafsu atau sifat angkara murka yang muncul dari diri pribadi kita. Lakunya adalah senantiasa sabar dan berusaha mensucikan diri,mudah memberi maaf dan taat pada GUSTI ALLAH kang moho suci.
4. Tapa Cipta: Tapa Cipta berarti Cipta/otak kita diam dan memperhatikan perasaan secara sungguh-sungguh atau dalam bahasa Jawanya ngesti surasaning raos ati. Berusaha untuk menuju heneng-meneng-khusyuk-tumakninah, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan siapapun dan selalu heningatau waspada agar senantiasa mampu memusatkan pikiran pada GUSTI ALLAH semata.
5. Tapa Sukma: Dalam tahapan ini kita terfokus pada ketenangan jiwa. Lakunya adalah ikhlas dan memperluas rasa kedermawanan dengan senantiasa eling pada fakir miskin dan memberikan sedekah secara ikhlas tanpa pamrih.
6. Tapa Cahya: Ini merupakan tahapan tapa yang lebih dalam lagi. Prinsipnya tapa pada tataran ini adalah senantiasa eling, awas dan waspada sehingga kita akan menjadi orang yang waskitha (tahu apa yang bakal terjadi).
Tentu saja semua ilmu yang kita dapatkan itu bukan dari diri kita pribadi, melainkan dari GUSTI ALLAH. Semua ilmu tersebut merupakan 'titipan', sama dengan nyawa kita yang sewaktu-waktu bisa diambil GUSTI ALLAH sebagai si EMPUNYA dari segalanya. Jadi tidak seharusnya kita merasa sombong dengan ilmu yang sudah dititipkan GUSTI ALLAH kepada kita.
Senin, 29 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar