Pertanyaan yang sering muncul di benak kita dan terus menerus
membutuhkan jawaban kita, yaitu kenapa Allah menciptakan
manusia ? Apakah hikmah di ciptakan manusia ? Serta apa pula tujuan
apa yang akan dikerjakan manusia di bumi ini ?
Pertanyaan ini telah membikin sesat dan bingung akal-akal manusia
dalam menjawabnya, apakah dari kalangan cendikiawan, orang-orang
yang jenius, lebih-lebih yang dibawah mereka, khususnya ketika
mereka menjawab pertanyaan ini dengan menggunakan ilmu kalam
dan filsafat yang bersandarkan kepada akal-akal mereka. Dan tidaklah
seluruh akal itu berada dalam kebingungan kecuali akal-akal yang di
sinari dengan wahyu Allah, berpetunjuk dengan petunjuk-Nya, serta
mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Itulah akal yang
akan mengetahui jawaban dari pertanyaan ini dengan berdasarkan
kepada Allah dan Rasul-Nya.
Maka dari sini bisa kita ketahui bahwa akal itu tidak mungkin bisa
sendirian untuk mengetahui aqidah, karena aqidah itu ilmu yang
berkaitan dengan hal-hal ghaib. Dan hal-hal yang ghaib itu, jika akal ini
berbicara tentangnya tanpa bersumber dari wahyu, maka akan sesat.
Hal ini di karenakan akal itu hanya bisa menggambarkan hal-hal yang
diketahui yang sampai padanya dengan jalan panca indra. Dan ketika
hal itu sudah keluar dari areal bumi ini (yakni sudah termasuk urusan
alam ghaib. ed.), maka dia akan terjatuh dalam kebingungan yang
besar.
Allah ta’ala berfirman :
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan
Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya
tersebut dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia,
serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita
yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami
jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka
kerjakan “
( QS. Al-An’am : 122).
Dan mungkin pula akal itu berdalil dengan apa-apa yang dia lihat dan
yang dia dengar, bahwa Tuhannya, penciptanya dan memberi rezeki
kepadanya adalah Allah Al-Wahid, Al-Ahad, yang tidak melahirkan dan
yang tidak dilahirkan, Allah ta’ala berfirman :
“ Dan apakah tidak menjadi petunjuk bagi mereka, berapa banyak
umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan sedangkan
mereka sendiri berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Tuhan). Maka apakah mereka tidak mendengarkan
(memperhatikan) ?. Dan apakah mereka tidak memperhatikan,
bahwasanya kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi
yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanamtanaman
yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak
mereka dan mereka sendiri . Maka apakah mereka tidak
memperhatiakan ?”
(QS. As-Sajadah : 26-27).
Dan jika kita telah tahu bahwa akal itu tidak bisa sendirian untuk
mengetahui hikmah penciptaan manusia dan jin, maka wajib bagi kita
untuk mempelajari hikmah diciptakannya manusia dan jin dari Al-
Qur’an yang tidak ada kebathilan di dalamnya. Allah subhanahu wa
ta’ala menjelaskan dalam Al-Qur’an hikmah diciptakannya jin dan
manusia dalam firman-Nya :
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-
Ku”
(QS. Adz-Dzariyat : 56).
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menyatakan bahwa di
ciptakannya jin dan manusia itu adalah untuk beribadah. Maka ibadah
itulah hikmah diciptakannya manusia dan jin, dan juga kerenanyalah
Allah menciptakan langit, bumi, dunia, akherat, surga dan neraka. Dan
oleh karenanya pula Allah mengutus para Rasul dan menurunkan
Kitab-kitab yang menjelaskan antara yang halal dan yang haram, dan
untuk menguji kita siapa yang paling baik amalannya. Sebagaimana
yang di firmankan oleh Allah :
“ (Dia-lah) yang menjadikan kematian dan kehidupan, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalannya. Dan
Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(QS. Al-Mulk : 2).
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan hamba-hamba-Nya dan
mengeluarkan mereka kedunia ini. Lalu mengabarkan kepada mereka
bahwa mereka akan berpindah ke alam lain. Dan Allah memerintahkan
mereka serta melarang mereka dan menguji mereka dengan berbagai
macam syahwat yang menentang perintah serta larangan-Nya. Maka
barang siapa yang tunduk kepada perintah Allah, Allah akan
memberikan balasan yang terbaik kepadanya di negeri akherat, dan
barang siapa yang cenderung (menuruti) hawa nafsunya dan
membuang perintah-perintah Allah serta melakukan larangan-Nya,
maka baginya adalah sejelek-jelek balasan. (Lihat Tafsir As-Sa’di Juz 5
hal. 429).
Maka seluruh hamba itu di ciptakan untuk ibadah, akan tetapi di antara
mereka ada yang diciptakan untuk ibadah tanpa mendapatkan ujian,
seperti malaikat, sehingga ibadah itu merupakan tabi’at mereka dan
mereka tidak menginginkan selainnya (ibadah). Allah Ta’ala
menyatakan tentang mereka :
“Dan mereka berkata : “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil
(mempunyai) anak”. Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat
itu adalah hamba-hamba yang di muliakan). Mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintahperintah-
Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang di hadapan
mereka (malaikat) dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak
memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhoi Allah, dan
mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya.”
(QS. Al-Anbiya’ : 26-28).
Dan diantara hamba Allah tersebut ada yang diciptakan untuk ibadah
disertai ujian kepada mereka, seperti jin dan manusia. Mereka di uji
dengan berbagai macam syahwat (kesenangan-kesenangan dunia,
ed.). seperti syahwat makanan, syahwat minuman, syahwat nikah,
syahwat menguasai dan lain-lain.
Sebagaimana pula mereka diuji dengan teman-teman yang jelek serta
syubhat-syubhat (keracunan pemahaman,ed.). yang diterima oleh hatihati
mereka. Dan ujian yang lebih besar lagi adalah setan yang
senantiasa mengintai sejak dikeluarkannya Adam dari surga untuk
menyesatkan anak cucu Adam dan menjatuhkan mereka di dalam
kekufuran, kesyirikan, kefasikan serta kemaksiatan. Oleh karena itu,
ibadah yang merupakan kewajiban mereka itu ada ujian-ujiannya, yaitu
dengan adanya seruan-seruan untuk menyelisihinya (atau mentang
kewajiban itu,ed.). Maka barang siapa yang menjawab seruan-seruan
tersebut serta ta’at kepada setan, maka dia termasuk orang-orang
yang menyimpang yang berhak untuk di masukkan ke neraka
jahanam, sebagai mana Allah Ta’ala berfirman :
“ Allah berfirman : “Maka yang benar (adalah sumpah-Ku) dan hanya
kebenaran itulah yang Kukatakan. Sesungguhnya Aku pasti akan
memenuhi neraka jahanam dengan jenis kamu dan dengan orangorang
yang mengikuti kamu di antara mereka semuanya.” (QS. Shaad :
84-85).
Adapun orang-orang yang mendahulukan keta’atan kepada Allah dan
semangat untuk mencari keridhoan-Nya, serta mengikuti Rasulullah,
maka dialah mu’min yang sejati yang dijanjikan dengan derajat yang
tinggi di dalam suirga Firdaus.
Adapun tujuan yang akan di capai manusia dalam amalan-amalan itu
berbeda-beda sesuai dengan penngetahuannya serta aqidah mereka.
Diantara mereka ada yang mengenal Tuhannya dan mengetahi haq
Allah atasnya, dan dia beriman dengan akan bertemunya dia dengan
Allah (diakherat), serta dia mengetahui kadar dunia ini hanyalah
tempat persinggahan untuk menuju akherat, lalu dia mengambil apaapa
yang berguna baginya serta bekal yang mengantarkan kepada
keridhoan Allah dan surganya, maka itulah tujuan hidup yang akan di
capai dengan usahanya.
Dan diantara mereka ada yang tidak mengetahui hal tersebut tidak
mengenal Tuhannya, tidak mengenal hak-Nya, serta tidak beriman
terhadap pertemuannya dengan Allah (di akherat), bahkan dia
menyangka bahwa dunia dan kelezatannya serta kehidupannya adalah
sebagai tujuannya, maka dia berusaha untuk semata-mata mencari
dunia, menghabiskan waktu dan umurnya untuk mengumpulkan harta,
maka dunia menjadi tujuan akhir segala aktivitasnya.
Allah Ta’ala menyatakan tentang dua model golongan manusia
tersebut dalam ayat-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya
akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan
dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang
yang melalaikankan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah
neraka, disebabkan apa yang mereka selalu kerjakan. Sesungguhnya
orang-orang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka
diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah
mereka mengalir sungai-sungai di dalamn surga yang penuh
kenikmatan. Do’a mereka di dalamnya ialah : “Salam”. Dan penutup
do’a mereka ialah : “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin”. (QS. Yunus : 7-
10).
Dan sudah jelas dari sini bahwa tujuan yang akan di capai oleh hamba
berbeda-beda sesuai dengan apa yang ada dalam hatinya dari
keimanan dan kekufuran. Maka mu’min yang sejati itu berusaha untuk
akherat saja. Jika dia menyentuh dunia dengan badannya dan
semangat kepada dunia dengan hatinya, sesungguhnya dia itu tidak
menginginkan kecuali untuk akherat, sebagaimana firman Allah :
“Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akherat dan
berusaha kearah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah
mu’min, maka mereka adalah orang-orang yang usahanya di balasi
dengan kebaikan”.
(QS. Al-Israa’ : 19).
Adapun orang kafir yang murni itu berusaha untuk dunia saja, karena
dia tidak beriman kecuali kepada hal itu saja, dan tidak cenderung
kecuali hanya pada hal tersebut. Allah berfirman : “Barang siapa yang
menghendaki kehidupan sekarang (dunia
), maka Kami segerakan baginya didunia itu apa yang Kami kehendaki
dan Kami tentukan baginya neraka jahannam, ia akan memasukinya
dalam keadaan tercela dan terusir. “(QS. Al-Israa’ : 18).
Adapun muslim yang berbuat maksiat maka dia berada diantara
keduanya. Wallahu a’alamu bish-shawab
Maraji’ : Al-Mauridul ‘Adzabuz Zilal karya Syaikh Ahmad bin Yahya An-
Najmi.
Rabu, 04 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar